Selasa, 17 April 2012

KEANEKARAGAMAN HAYATI

  • v  Keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup di bumi, mencakup jutaan hewan, tumbuhan, mikroorganisme, materi genetik yang dikandungnya, dan ekosistem yang dibangunnya menjadi suatu lingkungan hidup.
v  Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik (keturunan) dan faktor lingkungan.
v  Keanekaragaman hayati ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah, warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup.
v  Tingkat keanekaragaman hayati dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.    Keanekaragaman hayati tingkat gen
2.    Keanekaragaman hayati tingkat jenis
3.    Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
1.    Keanekaragaman hayati tingkat gen
Gen adalah pembawa sifat makhluk hidup. Variasi genetik merupakan komposisi genetik antara individu dalam jenis yang sama. Keanekaragaman gen dalam satu jenis dapat memunculkan varietas. Keanekaragaman genetik memungkinkan individu atau jenis makhluk hidup yang beranekaragam tersebut dapat beradaptasi terhadap kondisi yang berbeda dan terhadap perubahan lingkungan. Contoh: durian lokal dan durian Bangkok, Padi IR, Padi PB, Padi Rojolele dsb.
2.    Keanekaragaman hayati tingkat jenis
v  Keanekaragaman jenis (spesies) adalah berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang ada dan mudah dikenali karena perbedaan penampakannya. Keanekaragaman jenis menunjukkan adanya jumlah dan variasi jenis oranisme yang ada.
v  Keanekaragaman spesies mencakup jenis-jenis tumbuhan, hewan, serta mikroorganise yang ada di suatu wilayah
v  Contoh: burung, singa, kuda, macam, bebek, anjing dan sebagainya
3.    Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
v  Keanekaragaman ekosistem menggambarkan jenis-jenis populasi organisme yang ada dalam suatu wilayah tertentu.
v  Interaksi antara keanekaragaman hayati dengan lingkungannya (inter`ksi antara komponen abiotik dan biotik) membentuk keanekaragaman ekosistem.
v  Misalnya: pada ekosistem gurun dan danau, terdapat perbedaan komposisi jenis populasi yang ada serta faktor lingkungan yang berbeda.
Manfaat keanekaragaman hayati bagi masyarakat, yaitu:
1.    Sebagai sumber pangan, perumahan, dan obat-obatan
2.    Sebagai sumber pendapatan

3.    Sebagai sumber plasma nutfah
4.    Manfaat ekologi: mempertahankan kelanjutan ekosistem
5.    Manfaat keilmuawan: lahan pertanian dan pengembangan ilmu
6.    Keindahan alam

Peranan keanekaragaman hayati bagi keseimbangan lingkungan:
Selain berfungsi untuk menunjang kehidupan manusia yaitu sebagai sumber sandang, pangan ,dan papan, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan kelanjutan ekosistem, disamping itu juga sebagai sarana rekreasi, pariwisata dan sumber plasma nutfah. Ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi merupakan ekosistem yang stabil. Misalnya: punahnya ular pada ekosistem sawah, menyebabkan populasi tikus meningkat.
 Tikus adalah hama bagi tanaman padi, sehingga populasi padi berkurang karena diserang oleh tikus. Apabila kondisi ini terus berlangsung, maka ekosistem sawah menjadi tidak stabil.

http://www.ziddu.com/download/19175725/PRESENTASITOGA.rar.html 
  • Keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup di bumi, mencakup jutaan hewan, tumbuhan, mikroorganisme, materi genetik yang dikandungnya, dan ekosistem yang dibangunnya menjadi suatu lingkungan hidup.
  •  Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik (keturunan) dan faktor lingkungan.
  • Keanekaragaman hayati ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah, warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup.
  • Tingkat keanekaragaman hayati dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.    Keanekaragaman hayati tingkat gen
2.    Keanekaragaman hayati tingkat jenis
3.    Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
1.    Keanekaragaman hayati tingkat gen
Gen adalah pembawa sifat makhluk hidup. Variasi genetik merupakan komposisi genetik antara individu dalam jenis yang sama. Keanekaragaman gen dalam satu jenis dapat memunculkan varietas. Keanekaragaman genetik memungkinkan individu atau jenis makhluk hidup yang beranekaragam tersebut dapat beradaptasi terhadap kondisi yang berbeda dan terhadap perubahan lingkungan. Contoh: durian lokal dan durian Bangkok, Padi IR, Padi PB, Padi Rojolele dsb.
2.    Keanekaragaman hayati tingkat jenis
v  Keanekaragaman jenis (spesies) adalah berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang ada dan mudah dikenali karena perbedaan penampakannya. Keanekaragaman jenis menunjukkan adanya jumlah dan variasi jenis oranisme yang ada.
v  Keanekaragaman spesies mencakup jenis-jenis tumbuhan, hewan, serta mikroorganise yang ada di suatu wilayah
v  Contoh: burung, singa, kuda, macam, bebek, anjing dan sebagainya
3.    Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
v  Keanekaragaman ekosistem menggambarkan jenis-jenis populasi organisme yang ada dalam suatu wilayah tertentu.
v  Interaksi antara keanekaragaman hayati dengan lingkungannya (interaksi antara komponen abiotik dan biotik) membentuk keanekaragaman ekosistem.
v  Misalnya: pada ekosistem gurun dan danau, terdapat perbedaan komposisi jenis populasi yang ada serta faktor lingkungan yang berbeda.
Manfaat keanekaragaman hayati bagi masyarakat, yaitu:
1.    Sebagai sumber pangan, perumahan, dan obat-obatan
2.    Sebagai sumber pendapatan
3.    Sebagai sumber plasma nutfah
4.    Manfaat ekologi: mempertahankan kelanjutan ekosistem
5.    Manfaat keilmuawan: lahan pertanian dan pengembangan ilmu
6.    Keindahan alam
Peranan keanekaragaman hayati bagi keseimbangan lingkungan:
Selain berfungsi untuk menunjang kehidupan manusia yaitu sebagai sumber sandang, pangan ,dan papan, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan kelanjutan ekosistem, disamping itu juga sebagai sarana rekreasi, pariwisata dan sumber plasma nutfah. Ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi merupakan ekosistem yang stabil. Misalnya: punahnya ular pada ekosistem sawah, menyebabkan populasi tikus meningkat. Tikus adalah hama bagi tanaman padi, sehingga populasi padi berkurang karena diserang oleh tikus. Apabila kondisi ini terus berlangsung, maka ekosistem sawah menjadi tidak stabil.

Sabtu, 24 Maret 2012

PEMBIBITAN


PEMBIBITAN

            Proses pembibitan akan menentukan bibit yang akan dihasilkan. Bibit yang sehat dan kuat dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat dan berkualitas pula. Tahap awal kehidupan tanaman menentukan sehat atau tidaknya pertumbuhan tanaman tersebut di kemudian hari.
            Beberapa manfaat penyemaian benih dan pembibitan  adalah :
  • Memudahkan penanaman, pengairan dan perawatan benih
  • Memberikan perlindungan terhadap benih dan bibit dari sinar matahari, hujan deras, angin kencang serta gangguan binatang
  • Membantu bibit tanaman tumbuh lebih sehat karena tersedianya tanah yang sehat dan unsur hara yang cukup.
A. MEMILIH TEMPAT PENYEMAIAN BENIH
            Tempat penyemaian benih dapat berupa kotak kayu, tray (nampan plastik), polybag, gelas plastik, pot, atau wadah lainnya yang berdiameter 10 cm. Apabila wadah penyemaian belum memiliki lubang drainase maka harus dilubangi terlebih dahulu di bagian bawahnya untuk mengalirkan air.
            Benih ditanam dalam wadah penyemaian yang telah diisi media tanam. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Agar akar bibit tumbuh optimal, sebaiknya media tanam diayak terlebih dahulu agar halus.
            Media tanam dimasukkan ke dalam wadah hingga mendekati bibir wadah. Setelah itu, buat alur penanaman dengan kedalaman 2-3 cm menggunakan kayu. Jarak antara alur sekitar 5 cm..

B.  PENYEMAIAN BENIH
            Menebar benih di wadah penyemaian dilakukan untuk benih yang berukuran kecil, seperti benih cabai, benih tomat, benih bayam dan benih sawi. Penyemaian bertujuan untuk melindungi bibit yang baru berkecambah dari gangguan lingkungan sebelum ditanam di lapangan.
Sementara benih yang berukuran besar dapat langsung ditanam di polibag atau dalam pot. Penebaran benih sebaiknya lebih banyak (misalnya 25 %) dari yang dibutuhkan mengingat daya kecambah benih tidak mencapai 100 %. Penyemaian benih juga dapat menggunakan media styrofoam. Media ini cukup praktis karena tidak memerlukan media tanah dan dapat digunakan berulang-ulang.

PENYEMAIAN BENIH DI BAKI
  1. Buat alur penanaman menggunakan kayu dengan kedalaman 2-3 cm dan jarak antara alur1-3 cm
  2. Taburkan benih secara hati-hati pada alur yang telah disediakan. Apabila penaburan tergesa-gesa akan menyebabkan benih bertumpuk. Jika menggunakan wadah kecil seperti polibag atau gelas plastik maka dalam satu wadah dapat ditanami 1-2 benih.
  3. Tutup benih yang telah ditabur dengan media tanam hingga rata. Tujuannya agar perkecambahan berjalan lancar. Simpan wadah penyemaian di tempat yang teduh dan agak lembab.
  4. Sekitar 1 minggu kemudian, benih mulai berkecambah. Setelah tumbuh 3-4 helai daun, bibit siap dipindahkan ke pot tunggal atau pot permanen.
PENYEMAIAN BENIH DI BUSA
  1. Buat alur pada busa dengan cara mengerat permukaannya menggunakan pisau. Kemudian susun busa di dalam tray atau nampan plastik.
  2. Siapkan benihyang akan disemai
  3. Tanam benih di dalam alur dengan menggunakan bantuan pisau
  4. semprot busa dengan air secukupnya
  5. Simpan benih di rak-rak penyemaian. Gunakan sungkup berupa plastik transparan untuk menjaga kelembaban. Jika media sudah kering, semprot kembalidengan air.
  6. Benih mulai berkecambah sekitar 1 minggu kemudian. Benih siap dipindahkan ke wadah pembibitan berupa gelas plastik atau polibag

C. PEMELIHARAAN  BIBIT
            Setelah benih disemai, tahap selanjutnya yaitu pemelioharaan benih dan bibit. Pemeliharaan tersebut  bertujuan untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas.
            Salah satu pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah menjaga kelembaban media tanam. Caranya dengan melakukan penyiraman secara rutin. Selain itu benih di penyemaian juga perlu ditutup dengan kain hitam yang dibuka ketika benih mulai berkecambah. Penyemaian sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari  langsung serta aman dari gangguan fisik dan binatang pengganggu.
            Sementara bibit tanaman yang sudah muncul beberapa helai daun juga harus tetap dijaga kelembabannya. Salah satu cara adalah dengan menutup tanaman menggunakan gelas plastik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan, terutama saat cuaca panas. Penguapan gelas plastik ini juga bertujuan agar bibit terlindung dari serangan serangga pemakan daun.
D. PEMINDAHAN BIBIT KE POT/POLIBAG
            Setiap tanaman memiliki waktu yang berbeda – beda untuk siap dipindahkan ke pot tunggal. Kisarannya 10-20 hari setelah semai.
            Pemindahan bibit ke pot (replanting) dapat dilakukan ketika daun pada tanaman mulai muncul. Replanting dilakukan dengan memindahkan bibit ke dalam pot atau polibag yang lebih besar. Wadah tersebut telah berisi media tanam berupa campuran tanah dan pupuk dengan perbandingan yang sama. Pemilihan polibag atau pot disesuaikan dengan ukuran tanaman ketika dewasa dan kondisi akar. Semakin besar tanaman maka ukuran pot yang digunakan pun besar. Apabila akar tanaman tunggang maka pilihlah pot yang cukup tinggi atau dalam.
            Bibit yang akan dipindahkan sebaiknya dipilih yang memiliki pertumbuhan bagus, terlihat subur, memiliki batang yang kuat, daunnya berwarna hijau, sehat serta terhindar dari hama penyakit. Apabila terdapat bibit yang sudah rusak  dapat langsung dijadikan pupuk kompos.
            Proses replanting harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan tanaman. Tanah yang berada di sekitar akar sebaiknya ikit terbawa saat replanting. Hal ini bertujuan agar tanaman tidak stres saat dipindahkan ke media tanam yang baru
TAHAP-TAHAP REPLANTING
  1. Siapkan sekop untuk memindahkan bibit. Bibit yang sudah tumbuh 3-4 helai daun siap dipindahkan ke pot tunggal
  2. Angkat bibit dari bawah akar. Usahakan media tanam ikut terbawa agar akar tidak rusak.
  3. Ambil 1-2 bibit bersama dengan tanah yang melekat di akarnya.
  4. Siapkan media tanam di dalam polibag. Buat lubang tanam di tengah media dengan tongkat kayu.
  5. Tanam bibit hingga leher akar. Kemudian padatkan media tanam di sekeliling leher akar
  6. Rawat bibit dengan melakukan penyiraman secara rutin. Bibit dapat diletakkan di tempat terbuka atau pekarangan rumah

MATERI SAMPAH


MATERI SAMPAH


►  MENGENAL SAMPAH
Sebelum mengenal lebih jauh tentang sampah, terlebih dahulu kita uraikan mengenai limbah. Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia atau proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Limbah dikatakan mempunyai nilai ekonomi negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkannya membutuhkan biaya yang cukup besar, disamping itu juga dapat mencemari lingkungan.
Limbah dibedakan menjadi tiga bentuk, yakni limbah yang berbentuk cair ( yang disebut limbah cair ), limbah yang berbentuk gas ( yang disebut limbah gas ) dan limbah yang berbentuk padat ( yang disebut limbah padat ). Dari ketiga bentuk limbah tersebut, limbah padat itulah yang dalam bahasa sehari-hari disebut sampah.
Apabila disimak lebih mendalam, sampah dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, tergantung pada kondisi yang ada. Namun, sekurang-kurangnya ada dua pengelompokkan yang sering digunakan yakni berdasarkan sumber dan istilah teknisnya.

1.   Sumber sampah
Menurut sumbernya sampah dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu.
a.    Sampah domestiK
b.    Sampah komersial
c.    Sampah industri
d.    Sampah alam.     
2.   Istilah teknik sampah
Menurut istilah teknik, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu.
a.    Sampah mudah lapuk
b.    Sampah tidak lapuk dan tidak mudah lapuk.

3. Jenis Sampah
Sampah Organik
Sampah An organik
1. Berasal dari sisa/aktivitas makhluk
    hidup (misal : daun,ranting,bangkai,
    sisa makanan,kertas,kayu,rumput,
    sisa sayuran, dll)
1. Sisa aktivitas manusia/industri
    (missal : plastic,kaca,kaleng,kawat,
     Baterai,dll)
2. Bisa didaur ulang
2. Tidak bisa di daur ulang
3. Bisa diuraikan oleh mikroba
3. Sulit/lama diuraikan oleh mikroba

4. Umur sampah
UMUR SAMPAH LEBIH LAMA DARI UMUR ANDA
BANDINGKAN UMUR SAMPAH DI BAWAH INI DENGAN UMUR ANDA
No.
Jenis sampah
Waktu terurai
1
Nasi, sisa sayur, dedaunan
1 bulan
2
Kertas
2,5 bulan
3
Kulit jeruk
6 bulan
4
Dos karton
5 tahun
5
Filter rokok
10 – 12 tahun
6
Kantong plastik (kantong kresek)
10  - 20 tahun
7
Kulit
25 – 45 tahun
8
Kain nilon
30 – 40 tahun
9
Plastik
50 – 80 tahun
10
Aluminium dan logam
80 – 100 tahun
11
Plastik busa (stereofoam)
Tidak hancur

·         Sampah baterai mengandung logam berat yang dapat mempengaruhi : sistem keseimbangan syaraf, lahir cacat dan mutasi gen.
·         Membakar sampah plastik dapat menghasilkan dioksin yaitu suatu senyawa yang dapat memicu timbulnya kanker


1.  PERMASALAHAN SAMPAH
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah dan keragaman sampah. Di kota-kota besar yang penduduknya padat harus sungguh-sungguh bekerja keras menangani masalah sampah.
Masyarakat belum memiliki kesamaan pandang dalam menangani sampah sehingga belum terwujud penanganan sampah secara terpadu. Ada yang sekedar membuang sampah di tempat lain, asalkan jauh dari rumahnya. Ada pula yang menganggap membuang sampah di sungai itu gratis, sehingga membuang sampah ke dalamnya. Kita juga menyadari bahwa sampah juga dapat menjadi sarang penyakit, dari sudut estetika menjijikkan dan menimbulkan bau tak sedap, bahkan sampah dapat menyebabkan banjir, karena sampah yang dibuang sembarangan akhirnya menyumbat selokan-selokan.
Menanggapi masalah tersebut di atas, selayaknya kita tidak hanya sekedar memikirkan cara-cara pembuangannya, namun bagaimana dapat memanfaatkannya.

C. PENANGANAN SAMPAH
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jumlah sampah ?
            1. Reuse (menggunakan kembali) yaitu : menggunakan sesuatu lebih dari
                sekali untuk tujuan sama ataupun berbeda
            2. Reduce (mengurangi) yaitu : mengurangi sampah dengan cara :
·         Membeli barang yang dapat diisi ulang / didaur ulang
·         Membeli sesuatu yang tahan lama
3. Recycling (mendaur ulang) yaitu : memproses sampah menjadi barang  
    baru atau sebuah produk
4. Repair (memperbaiki) yaitu : memperbaiki sesuatu sebelum dibuang

D.SERBA SERBI KOMPOS
Pengomposan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organic (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya adalah agar lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil pengomposan inilah yang biasanya disebut pupuk kompos.
Ada dua fungsi kompos, sebagai berikut:
1.   Berfungsi memperbaiki struktur tanah, terutama bagi tanah kering dan ladang.
2.   Berfungsi mempertinggi Kemampuan Penukaran Kation (KPK) baik pada tanah ladang maupun tanah sawah.
Selain fungsi kompos juga ada beberapa keuntungan dari kompos, yaitu.
1.   Mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimia maupun biologi.
2.   Mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman karena telah diadakan perlakuan khusus sebelumnya.
3.   Mencegah infeksi yang disebabkan oleh biji-biji tumbuhan pengganggu.
4.   Dapat disediakan secara mudah, murah dan relatif cepat.

CARA PENGGUNAAN KOMPOSTER
 
1.    Letakkan komposter pada tempat yang tidak terkena hujan.
2.    Pisahkan sampah organik (daun, sisa sayur, kulit buah, dll) dari sampah anorganik (plastik, kertas, kaleng, batterai, logam, kaca, dll)
3.    Sampah organik yang ukurannya besar dicacah hingga berukuran 2-3 cm.
4.    Masukkan sampah organik ke dalam komposter.
5.    Jangan lupa menutup wadah pengomposan agar terhindar dari hewan pengganggu.
6.    Pada hari berikutnya lakukan hal yang sama dari langkah 2 sampai langkah 5.
7.    Campurkan sampah yang baru dimasukkan komposter diaduk agar bercampur dengan lapisan yang ada sebelumnya.
8.    Jaga kondisi sampah di komposter dalam keadaan lembab, apabila terlalu kering, siram dengan air cucian beras (air leri) secukupnya, jangan terlalu basah.
9.    Kompos akan jadi (matang) setelah ± 6 minggu.
10.Jika wadah pengomposan telah penuh, pindah 2/3 isinya ke wadah
     lain.
     11.Sisa kompos yang masih dalam wadah komposter menjadi stater
          (bibit) untuk pengomposan baru.

                                                                                BY  :  NANIK  FARIDA
                                                                                          SMANSA GONTA